Saat ini jumlah penduduk Indonesia lebih dari 254 juta jiwa dengan perkiraan jumlah kepala keluarga menurut jenis kelamin laki-laki mencapai 56, 1 juta jiwa dan kepala keluarga berjenis kelamin perempuan sebanyak lebih dari 7,3 juta jiwa.
Berdasarkan hasil survey sebuah lembaga kajian demografi di Jakarta dilaporkan jutaan kepala keluarga hidup berada di bawah garis kemiskinan, dengan pendapatan kurang dari US$ 1 per hari.
Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari sebagian besar kepala keluarga yang berdomisili di pedesaan bekerja serabutan di sektor informal, seperti berdagang kecil-kecilan, menjadi buruh tani, kuli harian di sektor pertanian, namun untuk yang berdomisili di perkotaan dan daerah urban, mereka menutup biaya kebutuhan sehari-hari dengan menjadi penjaga parkir, pedagang kecil-kecilan, ojeg, sopir, pedagang pasar, buruh pabrik dan pekerjaan informal lainnya.
Sebuah LSM Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) merilis hasil survey yang melaporkan bahwa mayoritas perempuan kepala keluarga memiliki nasib yang tak kalah tragisnya dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan perekonomian keluarga.
Sebagian besar kepala keluarga perempuan yang ditinggal pergi suaminya, baik karena ditinggal mati suami atau karena perceraian, terpaksa harus berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah, bagi dirinya dan keluarganya.
Data-data di atas menggambarkan, betapa sangat riskannya kondisi perekonomian keluarga Indonesia. Jika satu keluarga tidak ada yang memiliki kekuatan ekonomi yang mumpuni maka dapat dipastikan bahwa keluarga tersebut tersungkur dalam kondisi ekonomi berada dalam garis kemiskinan yang akut.
Satu Keluarga Satu Pengusaha
Gambaran di atas sebenarnya juga gambaran kehidupan Valentino Dinsi di masa kecil. Guru entrepreneur dan pendiri Komunitas Majelis Taklim Wirausaha ini pernah tinggal bersama 9 orang anggota keluarga yang lain di rumah berukuran 4x6 meter di Kawasan Jakarta Utara.
Ibunya, yang sekaligus menjadi tulang punggung mencari nafkah, bekerja sebagai penjahit yang harus menafkahi 9 orang sekaligus. Ia tak bisa membayangkan bagaimana jalan ceritanya jika ibunya tidak bekerja meskipun hanya sebagai seorang penjahit.
Karena tekanan ekonomi yang keras tak mencukupi, keluarga besar itupun harus menyebar mencari penghidupan yang lebih layak. Sebagian besar menumpang saudara atau family untuk melanjutkan kehidupannya.
Di perjalanan hidupnya yang kini telah mapan, Valentino Dinsi mencoba mengenang masa-masa kecilnya, dan mencoba berbuat sesuatu bagi bangsa Indonesia.
“Harus ada satu keluarga satu pengusaha,” ujar Valen.
Minggu, 10 Mei 2015


Saat ini jumlah penduduk Indonesia lebih dari 254 juta jiwa dengan perkiraan jumlah kepala keluarga menurut jenis kelamin laki-laki mencapai 56, 1 juta jiwa dan kepala keluarga berjenis kelamin perempuan sebanyak lebih dari 7,3 juta jiwa.
Berdasarkan hasil survey sebuah lembaga kajian demografi di Jakarta dilaporkan jutaan kepala keluarga hidup berada di bawah garis kemiskinan, dengan pendapatan kurang dari US$ 1 per hari.
Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari sebagian besar kepala keluarga yang berdomisili di pedesaan bekerja serabutan di sektor informal, seperti berdagang kecil-kecilan, menjadi buruh tani, kuli harian di sektor pertanian, namun untuk yang berdomisili di perkotaan dan daerah urban, mereka menutup biaya kebutuhan sehari-hari dengan menjadi penjaga parkir, pedagang kecil-kecilan, ojeg, sopir, pedagang pasar, buruh pabrik dan pekerjaan informal lainnya.
Sebuah LSM Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) merilis hasil survey yang melaporkan bahwa mayoritas perempuan kepala keluarga memiliki nasib yang tak kalah tragisnya dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan perekonomian keluarga.
Sebagian besar kepala keluarga perempuan yang ditinggal pergi suaminya, baik karena ditinggal mati suami atau karena perceraian, terpaksa harus berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah, bagi dirinya dan keluarganya.
Data-data di atas menggambarkan, betapa sangat riskannya kondisi perekonomian keluarga Indonesia. Jika satu keluarga tidak ada yang memiliki kekuatan ekonomi yang mumpuni maka dapat dipastikan bahwa keluarga tersebut tersungkur dalam kondisi ekonomi berada dalam garis kemiskinan yang akut.
Satu Keluarga Satu Pengusaha
Gambaran di atas sebenarnya juga gambaran kehidupan Valentino Dinsi di masa kecil. Guru entrepreneur dan pendiri Komunitas Majelis Taklim Wirausaha ini pernah tinggal bersama 9 orang anggota keluarga yang lain di rumah berukuran 4x6 meter di Kawasan Jakarta Utara.
Ibunya, yang sekaligus menjadi tulang punggung mencari nafkah, bekerja sebagai penjahit yang harus menafkahi 9 orang sekaligus. Ia tak bisa membayangkan bagaimana jalan ceritanya jika ibunya tidak bekerja meskipun hanya sebagai seorang penjahit.
Karena tekanan ekonomi yang keras tak mencukupi, keluarga besar itupun harus menyebar mencari penghidupan yang lebih layak. Sebagian besar menumpang saudara atau family untuk melanjutkan kehidupannya.
Di perjalanan hidupnya yang kini telah mapan, Valentino Dinsi mencoba mengenang masa-masa kecilnya, dan mencoba berbuat sesuatu bagi bangsa Indonesia.
“Harus ada satu keluarga satu pengusaha,” ujar Valen.
Langganan:
Postingan (Atom)