Senin, 24 Agustus 2015


Pola pikir kita (atau kadang-kadang disebut paradigma kita) adalah jumlah total keyakinan, nilai, identitas, harapan, sikap, kebiasaan, keputusan, pendapat, dan pola-pola pemikiran kita — tentang diri kita sendiri, orang lain, dan bagaimana kehidupan bekerja. Ini adalah saringan yang dengannya kita menafsirkan apa yang kita lihat dan alami. Pola pikir Anda membentuk kehidupan Anda dan menarik kepada diri Anda hasil-hasil yang merupakan refleksi pasti pola pikir itu. Apa yang Anda percayai akan terjadi, benar-benar terjadi.
Kita mendekati, bereaksi, dan pada kenyataannya menciptakan dunia kita berdasarkan pola pikir individual kita sendiri. Pola pikir kita memberitahu kita bagaimana permainan hidup ini harus dimainkan, dan mengatur apakah kita memainkannya secara berhasil atau tidak. Kita mungkin memiliki pola pikir, misalnya, yang memberitahu kita, “Kehidupan ini sangat keras, dan aku harus berjuang hanya sekadar untuk hidup pas-pasan.” Atau kita mungkin memiliki pola pikir yang lebih positif, seperti, “Aku punya kemampuan yang hebat dan orang-orang ingin bekerja sama denganku.”
Pikiran adalah magnet yang sangat kuat. Apa pun yang diberitahukan pola pikir kita kepada kita adalah apa yang kita tarik, baik kita menyadarinya atau tidak! Jika Anda memiliki keyakinan bahwa, “Kehidupan ini sangat keras, dan aku harus berjuang hanya sekadar untuk hidup pas-pasan,” misalnya, Anda tidak perlu menyadari akan keyakinan itu untuk mengalami perjuangan dalam hidup Anda. Pada kenyataannya, jika Anda ingin melihat apa pola pikir Anda sebenarnya, Anda hanya perlu melihat hidup Anda dan hasil-hasil Anda. Hasil yang kita peroleh sesuai dengan apa yang kita yakini.
Jika kita tidak memeriksa pola pikir kita dan bertanya apakah pola pikir itu mendukung atau membatasi kita, kita beroperasi “secara otomatis.” Kita tidak lagi memilih keyakinan dan pola pikir kita, tetapi keyakinan dan pola pikir itu menyebabkan kita menjalani hidup dengan cara tertentu. Kita menciptakan pola pikir kita sendiri, tetapi pada saat yang sama, pola pikir kita menciptakan diri kita. Jika kita tidak mempertanyakan keyakinan yang menyebutkan bahwa “kehidupan ini sulit,” misalnya, kita akan terus berjuang bahkan tanpa mengetahui penyebabnya.
Kita semua memiliki keyakinan lama yang tersembunyi. Banyak dari keyakinan itu diperoleh pada masa kanak-kanak dan tidak lagi berguna bagi kita atau mendukung keberhasilan kita. Ketika Alice mulai memeriksa pola pikirnya, ia menyadari ia memiliki keyakinan bahwa “Uang berasal dari kedua orangtua saya.” Ketika ia masih kecil dan ingin es krim, mainan, atau boneka, dari orangtuanyalah uang berasal. Ketika remaja, dari orangtuanyalah uang tunjangannya berasal. Ketika dewasa, ia sering menemukan dirinya dalam kesulitan finansial dan terpaksa meminjam sejumlah besar uang kepada kedua orangtuanya.
Joel Arthur Barker menulis dalam Paradigms, “Mengabaikan kekuatan paradigma untuk


Leonardo da Vinci (15 April 1452 – 2 Mei 1519) adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia. Ia digambarkan sebagai arketipe “manusia renaisans” dan sebagai jenius universal. Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai, seperti Jamuan Terakhir dan Mona Lisa. Ia juga dikenal karena mendesain banyak ciptaan yang mengantisipasi teknologi modern tetapi jarang dibuat semasa hidupnya, sebagai contoh ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya lewat gambar-gambar dwiwarna. Selain itu, ia juga turut memajukan ilmu anatomi, astronomi, dan teknik sipil bahkan juga kuliner
Dalam buku The Book of Genius, Tony Buzan dan Raymond Keene menjelaskan bahwa Leonardo da Vinci adalah jenius terbesar sepanjang jaman. Da Vinci lebih jenius ketimbang Albert Einstein dan Sir Isaac Newton. Selama ini, kebanyakan orang mengenal Da Vinci sebagai pelukis dengan lukisan yang terkenalnya Mona Lisa. Ternyata bukan hanya itu, tetapi meliputi ahli ilmu anatomi, astronomi, dan teknik sipil bahkan juga kuliner.

                                      


Orang hebat pasti punya otak hebat juga. Lebih tepatnya, dia hebat dalam menggunakan otaknya. Anda pun bisa meraih kepastian sukses asalkan Anda menggunakan otak Anda seperti mereka.

OK, mari kita ambil 2 contoh orang hebat yang sudah tidak diragukan lagi reputasinya. Yang pertama adalah orang paling jenius sepanjang masa. Siapa dia ? Tidak lain adalah Leonardo Da Vinci. Dia adalah orang paling jenius sepanjang masa yang dinobatkan oleh Majalah Time di tahun 2000 dan diperkuat oleh daftar "The Greatest Geniuses of All Time" yang diterbitkan The Brain Trust Charity yang berpusat di London dan setiap tahun memberikan Brain Award kepada orang yang berjasa tentang pengembangan & penelitian otak.

Sabtu, 15 Agustus 2015




Tak hanya terobosan teori dan persamaan revolusioner, Albert Einstein juga mewariskan bagian tubuhnya yang menyimpan banyak misteri: otak. Saat begawan fisika Abad ke-20 itu wafat tahun 1955 lalu, dalam usia 76 tahun, dokter yang mengautopsinya Thomas Harvey sengaja menyimpan organ otaknya. Sang dokter mengiris-iris otak Einstein, menyelidikinya di bawah mikroskop. Ia juga memotretnya, menghasilkan 14 foto dari berbagai sudut pandang. Hingga kini tak terhitung banyaknya ilmuwan yang melakukan studi, pemeriksaan, dan menganalisis organ yang berada di dalam kepala salah satu pemikir terbesar dari era modern. Awalnya, diduga kejeniusan Einstein disebabkan otaknya yang berbeda, salah satunya ukurannya yang lebih besar. Atau, pada tahun 1985, studi yang dilakukan Diamond et al mengklaim bahwa otak Einstein punya lebih banyak sel glia. Sel glia atau neuroglia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron --jenis sel lain--, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Makin tinggi jumlah sel glia mungkin menunjukkan kekuatan otak yang lebih tinggi.